Pengertian Istilah Kosakata
Istilah kosakata dalam bahasa Indonesia sejajar dengan istilah perbendaharaan kata atau leksikon. Membicarakan kosakata berarti membicarakan suatu bidang bahasa yang disebut leksikologi atau ilmu kosakata. Leksikologi atau ilmu kosakata adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk kata. Abu Bakar Sulaiman, A. Gani & Syafri K. (1986: 6) menyatakan bahwa kata kosakata berasal dari bahasa Sansekerta koca dan katha. Kedua kata tersebut diserap ke dalam bahasa Indonesia sebagai kata majemuk.
Rivers (Nunan, 1991: 117) menyatakan bahwa kosakata merupakan hal yang penting agar dapat menggunakan bahasa kedua (second language). Tanpa kosakata yang luas, seseorang tidak akan dapat menggunakan struktur dan fungsi bahasa dalam komunikasi secara komprehensif. Tarigan (1986: 2) menyatakan bahwa kualitas berbahasa seseorang tergantung pada kualitas kosakata yang dimiliki. Makin kaya kosakata yang dimiliki maka makin besar pula kemungkinan terampil berbahasa.
Berdasarkan uraian pendapat di atas, dapat dinyatakan bahwa kosakata adalah kata-kata yang dimiliki suatu bahasa atau seseorang yang membentuk bahasa yang bersangkutan atau dipakai oleh orang atau kelompok masyarakat yang bersangkutan. Salah satu alasan mengapa guru membelajarkan kosakata adalah untuk memfasilitasi siswa dalam meningkatkan pemahaman terhadap bacaan (Pikulski & Templeton, 2004: 5). Pengetahuan tentang kosakata adalah pusat keahlian dalam berbahasa. Oleh karena itu, pembelajaran kosakata merupakan sesuatu yang sangat penting. Dalam pembelajaran kosakata diperlukan adanya prosedur dan pendekatan.
Pembelajaran kosakata dalam hal ini menyangkut mengajar dan belajar kosakata. Nation (2001: 107-108) menyebutkan tiga prosedur mengajar kosakata, yaitu: recycled words, the second-hand cloze, dan the vocabulary interview. Dalam recycled words, prosedur mengajar kosakata bergerak dari receptive use ke productive use yang berfokus pada belajar yang disengaja. Dalam the second-hand cloze, prosedur
mengajar kosakata meliputi tiga langkah yaitu siswa membaca teks yang mengandung kosakata sasaran, siswa dengan sengaja belajar kosakata, dan siswa diberikan cloze passages yang merupakan ringkasan dari apa yang sesungguhnya mereka baca. Dalam the vocabulary interview, siswa diberi kesempatan untuk melakukan tanya jawab kepada guru atau kepada siswa lain tentang kosakata tertentu.
Salah satu tujuan prosedur ini adalah untuk membuat siswa memperhatikan aspek-aspek mengetahui suatu kata.
Menurut Lado (1979: 121-126), ada beberapa langkah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran kosakata yaitu: (1) mendengarkan kata, (2) mengucapkan kata, (3) memahami makna, (4) membuat ilustrasi dalam bentuk kalimat, (5) melakukan latihan dalam pengekspresian makna, (6) mengucapkan kata tersebut dengan suara keras, dan (7) menulis kata-kata tersebut. Sitorus (1993: 3) menyatakan bahwa kata-kata yang terdapat dalam kelompok, golongan-golongan, dan dalam suatu perangkat-perangkat selalu lebih mudah untuk dipelajari. Lebih lanjut Sitorus (1993: 4) mengungkapkan ada dua cara mempelajari kosakata dalam pengelompokan yaitu kelompok kata yang mempunyai satu dasar umum dan kelompok kata yang mempunyai hubungan dalam pengertian.
Piaget (Hoskisson & Tompkins, 1987: 11) menyatakan bahwa siswa sekolah dasar adalah concrete thinkers (pemikir konkrit). Mereka belajar dengan baik melalui keterlibatan secara aktif. Keterlibatan dalam penggunaan bahasa secara aktif dapat dibuat lebih bermakna apabila dikaitkan dengan pengalaman dan hal-hal nyata dalam kehidupan anak. Asri Budiningsih (2005: 39) menyatakan bahwa untuk menghindari keterbatasan berfikir, anak perlu diberi gambaran konkrit sehingga ia mampu menelaah persoalan. Anak usia 7 sampai 12 tahun masih memiliki masalah mengenai berfikir abstrak. Pembelajaran kosakata bahasa Inggris kepada anak-anak, sebaiknya didasarkan pada bagaimana mereka belajar bahasa. Hal ini dinyatakan oleh Hoskisson & Tompkins (1987: 44) bahwa pembelajaran bahasa harus didasari pada bagaimana anak-anak belajar dan bagaimana mereka belajar bahasa. Guru perlu memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan cara belajarnya. Pertama, siswa perlu diajarkan bentuk bahasa lisan dan tulisan. Kedua, siswa perlu mendapat kesempatan untuk meniru bentuk-bentuk bahasa tersebut.